PENDAHULUAN
Al-Qur’an
merupakan Kalam Alloh yang tiada tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW., penutup para Nabi dan Rosul dengan perantara Malaikat
Jibril alaihis salam, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
an-Naas dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara
mutawatir (oleh orang banyak), serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah.
Ulumul qur’an
suatu cabang ilmu yang membahas al-Qur’an dan seluruh segi-seginya mulai dari
asbabun nuzulnya, hingga ilmu-ilmu al-Qur’an yang lain seperti Qasam, Jadal,
Qosos, dan Fawatih Suwar.
Setiap jiwa
memiliki cara menerima kebenaran yang berbeda-beda ada jiwa yang terbuka yang
selalu menyambut baik petunjuk yang datang dan yang kedua adalah jiwa yang
tertutup, yaitu jiwa yang belum tergerak hatinya kecuali setelah ada peringatan
dan kalimat yang keras. Al-Qur’an, seruan Alloh untuk seluruh umat manusia,
berdiri tegak dihadapan berbagai macam arus kebathilan yang mengingkari
hakikat-hakikatnya dan memperdebatkan pokok-pokoknya.
Al-Qur’an telah
membuktikan bahwa redaksi kearaban yang dimuatnya secara jelas menggambarkan
kisah-kisah yang paling tinggi nilainya. Makalah ini akan membahas lebih dalam
tentang Qasam, Jadal, Qosos, dan Fawatih Suwar.
PEMBAHASAN
1.
Al Aqsam dalam Al Quran
Pengertian Qasam
Kata Al-Aqsaam adalah jamak dari qasam yang berarti sumpah atau
janji. Untuk penegasan makna digunakan kata yang diawali ba, ta, dan lain-lain.
Sumpah dengan nama selain Allah tidak diperbolehkan oleh syariat sebagaimana
hadits Rasulullah SAW:
“Barangsiapa telah bersumpah dengan nama selain Allah, maka dia
telah syirik.”(HR. Ahmaad)
Qasam
disepadankan dengan kata yanien yang mempunyai arti sama. Sumpah bagi manusia
bertujuan untuk mengikat diri untuk tidak melakukan sesuatu atau melakukan
sesuatu.
Penyebutan Sumpah
1.
Sumpah
yang digunakan allah dalam Al qur’an meliputi 2 hal:
Pertama, Allah bersumpah dengan diriNya yang menunjukkan kebesaranNya. Hal
ini terdapat dalam tujuh ayat Al qur’an:
QS.at-Taghabunayat
7
QS.
Saba ayat 3
QS.
Yunus ayat 53
QS.
Maryam ayat 58
QS.
an-Nisa’ ayat 65
QS.
Ma’arij ayat 40
QS.
Hijr ayat 92
Kedua, Allah bersumpah dengan makhlukNya, contohnya:
QS.as-Syams
ayat 1-7
QS.
al-Lail ayat 1-3
2.
Ungkapan
sumpah dalam bentuk jumlah khabariyah.
Ini paling banyak digunakan. Misalnya dalam QS. ad-Dzariyat ayat 53.
3.
Ungkapan
sumpah dalam bentuk jumlah thalhabiyah (kalimat
permintaan). Misalnya dalam QS. al-Hijr ayat 92-93.
4.
Menggunakan
ungkapan gaib atau ungkapan nyata, seperti matahari, bulan, bintang, dan
lain-lain.
5.
Diungkapkan
tanpa jawaban agar terasa lebih mantap
6.
Sumpah
dengan menggunakan jawaban
Macam-macam
Sumpah
1.
Dhahir, yang
dijelaskan di dalamnya dengan kata kerja qasam dan jelas terdapat objek
penyebutan sumpahnya, dan kadang kata kerja qasamnya dihapus sebagaimana biasa
disembunyikan harakat kasrah bari ba,ta, atau wau.
2.
Mudmir, yaitu qasam
yang tidak jelas didalamnya kata kerja qasam ataupun objeknya, yang diketahui
adalah muakkad.
Hikmah Qasam
1.
Menghilangkan
keragu-raguan terhadap kebenaran yang telah nyata.
2.
Memperkuat
dalil yang disampaikan bagi orang yang mengingkarinya.
3.
Menghapus
kesalahpahaman terhadap kebenaran.
2.
JADAL
Pengertian
Jadal
Jadal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba
untuk mengalahkan lawan. Alloh menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa jadal merupakan
salah satu tabiat manusia, dalam surat Al-Kahfi ayat 54 yang artinya:
Dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak mendebat. (Al-Kahfi: 54)
Rasululloh
saw juga diperintahkan agar berdebat dengan kaum musyrik dengan cara yang baik yang
dapat meredakan keberingasan mereka. Firman-Nya,
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(An-Nahl:
125)
Metode
debat dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an Al-Karim dalam berdebat dengan para penentangnya banyak
mengemukakan dalil dan bukti yang kuat serta jelas yang dapat dimengerti
kalangan awam dan akademisi. Al-Qur’an tidak menempuh metode yang memerlukan muqaddimah
dan natijah, seperti dengan cara ber-istidlal (inferensi) dengan
sesuatu yang bersifat universal atas sesuatu yang bersifat parsial dalam qiyas
syumul, beristidlal dengan salah satu dua juz’iy atas yang
lain dalam qiyas tamtsil, atau beristidlal dengan juz’iy
atas kully dalam qiyas istiqra’. Hal itu dikarenakan:
a.
Al-Qur’an
datang dalam bahasa Arab dan menyeru mereka dengsn bahasa yang merea ketahui.
b.
Bersandar
pada fitrah jiwa., yang percaya kepada apa yang disaksikan dan dirasakan.
c.
Dalil-dalil
tentang tauhid dan kehidupan akhirat diungkapkan dalam al-Qur’an merupakan
penunjukan tertentu yang dapat memberikan maknayang ditujukannya secara
otomatistanpa harus memasukkannya kedalam persoalan prinsipil umum.
Semua dalil
mengenai segala sesuatu berada dalam al-Qur’an , Alloh menyampaikannya sejalan
dengan kebiasaan orang Arab, tidak menggunakan metode berpikir ilmu kalam yang
rumit karena,
Pertama, seperti dalam
firman Alloh dalam surat Ibrahim ayat 4 yang artinya, “Dan Kami tidak
menutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaummya.” (Ibrahim: 4)
Kedua, orang yang
menggunakan argumentasi yang rumit dan pelik sebenarnya ia tidak dapat menegakkan
hujjah dengan kalam agung.
Jenis-jenis perdebatan dalam al-Qur’an
1.
Dalam
al-Qur’an banyak mengungkapkan ayat-ayat kauniyah yang disertai perintah
melakukan perenungan dan pemikiran untuk dijadikan dalil bagi penetapan
dasar-dasar akidah, sepertim ketauhidan Alloh dalam uluhiyah-Nyadan keimanan
kepada malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian.
2.
Membantah
pendapat para penentang dan lawan, serta mematahkan argumentasi mereka.
3.
AL QOSOS FIL QUR’AN
Pengertian Qosos
Qosos adalah jamak dari qissatun. Menurut bahasa ia berasal dari
qosso-yaqussu, yang berarti mencari bekasan atau mengikuti bekas(jejak). Lafadz
qosos ditemukan dalam al Qur’an dengan arti mengikuti jejak dalam QS. Al-Kahfi
ayat 64.
“Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka.”(QS.
Al-Kahfi:64)
Menurut istilah pengertian qosos adalah kabar-kabar Al Qur’an tentang
umat terdahulu dan masa kenabian. Al Qur’an melengkapi keterangan-keterangan
tentang peristiwa yang terjadi.
Macam-macam
Qosos
1.
Dari
segi waktu terbagi menjadi tiga macam:
Kisah gaib yang terjadi pada masa lalu, seperti kisah dialog antara
Malaikat dengan Allah SWT mengenai diutusnya manusia sebagai khalifah di bumi
yang termaktub dalam QS. Al Baqarah ayat 30.
Kisah gaib yang terjadi pada masa kini, misalnya kisah turunnya
para malaikat pada malam lailatul qadar yang termaktub dalam QS. Al Qadar ayat
1-5, dan kisah kehidupan makhluk ghaib yang termaktub dalam QS. Al A’raf ayat
13-14.
Kisah hal ghaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang
seperti kisah tentang datangnya hari kiamat, surga, dan neraka.
2.
Dari
segi materi terbagi menjadi tiga macam:
Kisah para nabi dan rasul. perlu diketahui bahwa jumlah nabi dan
rasul ada 120000, dan 313 diantara mereka adalah rasul.
Kisah tentang manusia yang kehidupannya dapat dijadikan sebagai
pelajaran untuk umat sekarang, seperti Luqman, Maryam, Dzulqarnain, dan
lain-lain.
Kisah-kisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan Nabi Muhammad
SAW, sepeerti kisah burung ababil, hijrah rasulullah, perang Badar, Uhud, dan
lain-lain.
3.
Dari
segi bahasa terbagi menjadi tiga macam:
Deskriptif (akhbari)
Intreview (hiwar)
Debat (jadal)
Contoh qosos dalam
bentuk hiwar dan jadal antara lain:
a.
Kisah nabi Nuh yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
v Percakapan Nabi Nuh dan kaumnya tentang tauhid dan ibadah kepada
Allah.
v Percakapan nabi Nuh dengan anaknya yang merupakan perumpamaan kasih
sayang seorang anak kepada anaknya agar menjauhi maksiat.
v Percakapan Nabi Nuh dengan Allah tentang nasib anaknya.
b.
Kisah Nabi Musa dan fir’aun yang memaparkan tentang percakapan
mengenai perbedaan intelektualitas dan kebodohan.
c.
Kisah Nabi Ibrahim dan kaumnya. Di sini terlihat kecerdasan Nabi
Ibrahim dan kebodohan kaum yang menentangnya.
d.
Kisah Nabi Shaleh dan kaumnya dimana nabi shaleh membuktikan
kenabiannya dengan seekor sapi, lalu kaumnya memotong sapi tersebut.
e.
Kisah nabi Ibrahim dengan Namrudz
dan Nabi Musa dengan Firaun
Pengulangan Kisah
Pengulangan
kisah dalam Al Qur’an mempunyaidasar sebagai berikut:
a)
Untuk
menerangkan ketinggian unsur balaghah Al Qur’an seperti menerangkan makna dalam
nerbagai macam susunan. Tiap-tiap susunan disebut dengan perkataan yang berbeda
dari kata yang telah disebutkan sehingga akan senantiasa terasa indah ketika
kita membaca atau mendengarnya.
b)
Menampakkan
kekuatan ijaznya, menyebut suatu makna dengan berbagai bentuk susunan kata yang
tidak dapat ditentang salah satunya oleh para sastrawan-sastrawan Arab.
Menjelaskan bahwasanya Al Qur’an itu benar-benar dari Allah.
c)
Memberikan
perhatian yang penuh kepada kisah itu, mengulang-ulang sebutan adalah salah
satu dari cara penegasan dan salah satu dari tanda-tanda besarnya perhatian ,
seperti keadaan kisah Fir’aun dan Musa As.
d)
Karena
berbedanya tujuan disebabkan kisah itu disebut. Di suatu tempat, disebutkan
sebagian saja karena memang itu yang diperlukan dan di tempat lain kadang
disebut lebih sempurna karena demikianlah yang dituntut oleh keadaan.
Hikmah Qosos dalam Al
Qur’an
a)
Menjelaskan
dasar-dasar dakwah kepada agama Allah
dan menerangkan pokok syariat yang disampaikan oleh para nabi. “Dan Kami tidak
mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan
kepadanya”Bahwasanya tidak ada Tuahan (yang hak) melainkan, maka sembahlah Aku.”
(QS. al-Anbiya : 25)
b)
Mengokohkan
hati Rasul dan hati umat sayyidina Muhammad dalam beragama dengan agama Allah
dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan
kehancuran kebatilan.
“Dan semua
kisah dari Rasul-rasul kami ceritakan padamu, dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta ibrah dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”(QS.
Hud:120)
c)
Mengabadikan
usaha-usaha para nabi dan pernyataan para nabi terdahulu adalah benar.
d)
Menampakkan
kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya.
e)
Menyingkap
kebohongan ahli kitab yang telah meneyembunyikan isi kitab mereka yang masih
murni, seperti digambarkan: “Semua makanan adlah halal bagi bani Israil selain
makanan yang diharamkan oleh Yaqub untuk dirinya sendiri sebelum taurat diturunkan. Katakanlah: Jika kamu mengatakan ada makanan
yang diharamkan sebelum turunnya Taurat, maka bawalah taurat itu , lalu bacalah
dia Jika kamu adalah orang-orang yang benar.”(QS Ali Imran:93)
f)
Menarik
perhatian para pendenganr yang diberikan pelajaran kepada mereka, seperti
dijelaskan dalam QS Yusuf ayat 111.
4.
Fawatih Suwar
Istilah fawatih
adalah jamakdari kata fatih yang secara lughawi artinya pembuka.
Sedangkan suwar adalah jamak dari kata surah. Jadi, fawatih
suwar artinya pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya diawal surat.
Diantara pembuka itu ada yang berbentuk huruf terpisah (Al-Muqatha’at),
kata, kalimat.
1.
Pembukaan
dengan pujian kepada Alloh (al-istiftah bi Al-Tsana)
a.
Menetapkan
sifat terpuji Alloh, dengan:
الحمد
اللْه Ada lima surah:
Al-Fatihah, Al-An’am, Al-Kahfi, Saba’, dan Fatir
تبار ك ada dua surah: Al-Furqon dan Al-Mulk
b.
Mensucikan
lafal Alloh dengan kalimat tasbih seperti dalam tujuh surah: Al-Isra’, Al-‘Ala,
Al-Hadid, Al-Hasyr, As-Shaff, Al-Jumu’ah, dan At-Thaghabun.
2.
Pembukaan
dengan huruf-hururf yang terputus-putus (Al-ahruf al-Muqatha’ah)
Terdapat dalam 29 surah dena=gan memakai 14 huruf tanpa di ulang,
yaitu ا ح ر س ص ط ع ق ك ل م ن ه ي
a.
Kelompok
sederhana: ص
(Shad); ق
(Qaf); ن
(Al-Qolam).
b.
Kelompok
yang terdiri dua huruf: حم (Al-Mu’min, As-Sajdah, Az-Zukhruf, Ad-Dukhan, Al-Jatsiyah,
al-Ahqaf); طه (Thaha); طس(An-Naml); يس (Yasin).
c.
Kelompok
yang terdiri atas tiga huruf: الم (Al-Baqarah, Ali Imran, Ar-Rum, Luqman, dan Sajdah) ; الر (Yunus,
Hud, Ibrahum, Yusuf, Al-Hijr); طسم (Al-Qashash,dan Asy-Syu’ara).
d.
Kelompok
yang terdiri atas empat huruf: المر (Al-Rad) ; المص(Al-A’raf).
e.
Kelompok
yang terdiri atas lima huruf, terdapat pada : كحيعص (Maryam);
حم عسق (As-Syura)
3.
Pembukaan
dengan panggilan (Al-Istiftah bi Al-nida)
a.
Nida
untuk Nabi dengan term يا ايها النبي pada surat Al-Ahzab, At-Tahrim, dan
At-Thalaq.
b.
Nida
untuk Nabi dengan term يا ايها المز مل pada surat Al-Muzammmil.
c.
Nida
untuk Nabi dengan term يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ pada surat Al-Mudtastsir.
d.
Nida
untuk orang beriman dengan term يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ pada surat Al-Maidah, Al-Hujurat, al-Mumtahanah.
e.
Nida
untuk orang secara umum dengan term يا ايها الناس pada surat An-Nisa
dan Al-Hajj.
4.
Pembukaan
dengan kalimat berita (al-Istiftah bi Al-Jumlah Al-Khabariyah)
a.
Kalimat
nomina
At-Taubah, An-nur, Az-Zumar, Muhammad, Al-Fath, Ar-Rahman,
Al-Haqqah, Nuh, Al-Qadr, Al-Qori’ah, dan Al-Kautsar.
b.
Kalimat
verba
Al-Anfal, An-Nahl, Al-Qamar, Al-Mu’minun, Al-Anbiya, Al-Mujadalah,
Al-Ma’arij, Al-Qiyamah, Al-Balad, ‘Abasa, Al-Bayyinah, Al-Takatsur.
5.
Pembukaan
dengan sumpah (Al-Istiftah bi Al-Qasam)
6.
Pembukaan
dengan syarat (Al-Istiftah bil syarth)
At-Takwir, Al-Infithar, Al-Insyiqaq, Al-Waqiah, Al-Munafiqun,
Al-Zalzalah, dan An-Nashr.
7.
Pembukaan
dengan kata kerja perintah (Al-Istiftah bi al-Amr)
Al-‘Alaq, Jin, Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas.
8.
Pembukaan
dengan pertanyaan (Al-Istiftah bi Al-Istifham)
a.
Positif:
Ad-Dahr, An-Naba’, Al-Ghasiyah, dan Al-Ma’un.
b.
Negatif:
Al-Insyirah dan Al-Fil.
9.
Pembukaan
dengan doa (Al-Istiftah bi Al-Du’a)
Al-Muthaffifin, Al-Humazah, dan Al-Lahab.
10. Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftah bi Al-Ta’lil)
Terdapat dalam surat Quraisy.
PENUTUP
Kata Al-Aqsaam adalah jamak dari qasam yang berarti sumpah atau
janji. Macam-macam Qasam ada dua, yaitu dhahir dan mudmir. Salah satu himah
mempelajari Qasam adalah menghilangkan keraguan diatas kebenaran.
Jadal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba
untuk mengalahkan lawan.
Qosos adalah jamak dari qissatun. Menurut bahasa ia berasal dari
qosso-yaqussu, yang berarti mencari bekasan atau mengikuti bekas(jejak).
Macam-macam Qosos ada riga, menurut waktunya, materi, dan bahasa.
Istilah fawatih adalah jamakdari kata fatih yang
secara lughawi artinya pembuka. Sedangkan suwar adalah jamak dari kata surah.
Jadi, fawatih suwar artinya pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya
diawal surat. Ada sepuluh macam pembukaan surat ini antara lain pembukaan
dengan pujian kepada Alloh, pembukaan dengan hururf terputus-putus, pembukaan
dengan panggilan, pembukaan dengan kalimat berita, pembukaan dengan sumpah,
pembukaan dengan syarat, pembukaan dengan kata kerja perintah, pembukaan dengan
pertanyaan, pembukaan dengan doa dan pembukaan dengan alasan.
Keempat itu merupakan ilmu yang mempelajari tentang al-Qur’an
sebagaimana ilmu-ilmu yang pada pembahasan awal juga disampaikan oleh
masing-masing pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Shalahudin. 2002. Study
Ulumul Qur’an. Jakarta: Intimedia
Acep Hermawan. 2011. Ulumul Qur’an. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Syaikh Manna AL-Qaththan.2004. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar